Mandailing Natal – Sumatera Utara menempati peringkat ke-5 kematian anak dan ibu saat melahirkan di Indonesia yang disebabkan berbagai faktor, terutama terlambat dalam penanganan sebelum dan sesudah persalinan, kata Monitoring Evaluation Specialist USAID dr Eka Dewi.
“Sumut menduduki peringkat ke- 5 tingkat kematian ibu dan anak di Indonesia, di mana setiap minggu lima orang ibu dan 18 bayi baru lahir meninggal,” kata dia di Mandailing Natal, Jumat.
Untuk itulah, kata dia, Kementerian Kesehatan menjalin kerja sama dengan USAID untuk menanggulangi tingkat kematian ibu dan anak tersebut.
USAID melalui program “Jalin” sudah bergerak ke masing-masing daerah di Sumatera Utara, salah satunya menggelar lokakarya menyangkut masalah tersebut di Kabupaten Mandailing Natal.
“Di mana sesuai dengan data yang kita peroleh dari Dinkes Sumut tahun 2017, bahwa Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Sidimpuan, dan Kabupaten Tapanuli Tengah penyumbang tertinggi angka kematian ibu saat melahirkan di Sumut,” katanya.
Ia mengatakan bahwa faktor penyebab kematian ibu dan anak di empat kabupaten yang merupakan penyumbang tertinggi angka kematian ibu dan anak di Sumut itu, adalah faktor 3 terlambat dan 4 terlalu.
Tiga terlambat itu artinya terlambat merujuk, terlambat sampai tempat rujukan, dan terlambat mendapat pertolongan.
Terlambat merujuk, artinya kurangnya kesiapan dari keluarga itu sendiri, terlambat sampai tujuan atau tempat rujukan, karena faktor infrastruktur yang jelek dan jarak yang jauh ke lokasi rujukan.
“Terlambat mendapat pertolongan karena minimnya tenaga dan alat medis, sedangkan 4 terlalu itu adalah terlalu muda saat melahirkan belum sampai berusia 20 tahun. Terlalu tua saat melahirkan lebih dari 30 tahun. Terlalu rapat jarak kelahiran tidak sampai dua tahun, dan terlalu banyak anak,” kata dia. (ANTARA)
Discussion about this post