Sibolga – Persaingan masuk ke perguruan tinggi negeri dan sekolah kedinasan semakin ketat seringkali memaksa seorang pelajar harus mengikuti kelas belajar tambahan di Bimbingan Belajar (Bimbel), tak terkecuali di Sibolga.
“Siswa sering merasa pelajaran di sekolah tidak cukup melengkapi. Sedangkan di rumah mungkin nyaman untuk belajar, namun selalu ada distraksi yang membuat mereka kurang konsentrasi belajar”, ungkap Joel Situmeang, pengusaha cabang bimbel dan kursus Nagoya 7 di Bimbel Nagoya 7, Jalan Kakap No.57 Sibolga.
Terletak di Kawasan Pemuda Milenial, sebuah kawasan bisnis strategis baru di Sibolga, bimbel ini mengedepankan suasana rumahan sebagai strategi untuk membangun rasa nyaman belajar, sangat jauh berbeda dengan kesan bimbel populer lain yang menggunakan bangunan ruko dan kelas yang berkarakter “kelas resmi”. Suasana ini bertujuan untuk membuat siswa merasa rileks setelah seharian belajar di sekolah, namun tetap bisa membangun keseriusan dalam belajar.
“Bimbel dan kursus Nagoya juga terkenal karena konsep serius santai ini, namun bisa meningkatkan mood belajar siswa. Terbukti, banyak alumni Nagoya yang berhasil mendapatkan target Perguruan Tinggi idaman mereka”, tambah pria alumni Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.
Selain sebagai tempat belajar, Nagoya 7 juga membuka seluas-luasnya pintu konseling bagi para siswa dan calon siswanya. Dengan para tentor berpengalaman tinggi dalam membekali siswa masuk ke Perguruan Tinggi favorit, mereka bisa mendapat informasi lengkap mengenai kompetisi dalam ujian masuk Perguruan Tinggi nantinya, sehingga siswa tidak kikuk menghadapi salah satu fase penting dalam pendidikan mereka tersebut.
Tak cukup sampai di situ, bimbel dan kursus Nagoya 7 juga mengedepankan biaya bimbel yang cukup murah. Target mereka adalah supaya siswa dari semua kalangan ekonomi bisa dibekali dengan bimbingan belajar yang berkualitas tanpa membuat orangtua mereka mengernyitkan dahi karena biaya.
“Kami menargetkan, setiap siswa bisa mendapat pembekalan belajar yang mantap namun tidak membebani orangtua dengan biaya bimbel yang kita tahu semakin lama semakin mencekik, seolah-olah bisa mengikuti bimbel itu hanya buat siswa dari kalangan menengah keatas,” tutupnya. (tapanuli.ID)
Discussion about this post