Ada berita saya baca di media online dan sosial media yang menyampaikan keluhan beberapa warga. Produk UMKM yang mereka gelar di perhelatan F1 Powerboat di Balige tidak terlalu laku.
Hal ini memang persoalan kompleks. Bagaimana kita mencapai banyak tujuan dalam satu waktu yang bersamaan. Sukses dalam pelaksanaan kegiatan (ketersediaan dan kerapian venue, keamanan, kenyamanan peserta dan penonton), kesuksesan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan sukses-sukses yang lain.
Tak bisa dipungkiri, kita terbiasa dan cenderung berharap sukses semuanya dalam satu waktu secepat-cepatnya. Sehingga ada euphoria masyarakat dalam menjalankan kegiatan ekonomi, berharap langsung dapat “buah” kegiatan ini secara cepat.
Sementara itu, untuk menarik perhatian warga agar menyambut event ini dengan semangat, pemerintah memberi pengharapan bahwa kegiatan ini berpotensi baik kepada masyarakat. Memberikan pengharapan itu tak salah, tapi memang tak akan instant dan volume pasti terbatas.
Saya pernah menonton pertandingan antara England vs Montenegro di stadium Wembley. Penonton sekitar 70 ribu. Tapi yang berjualan di sekitar stadium dan sepanjang jalan waktu itu tak terlalu banyak. Tak lebih dari 50 stand/ orang. Padahal di sekitar Wembley juga masih banyak orang yg dapat subsidi/ benefit dari pemerintah.
Untuk event-event seperti ini di daerah, mungkin perlu juga dibatasi jumlah UMKM yang berdagang. Agar mengurangi kekecewaan mereka ketika dagangan tak terlalu laku. Penonton pasti terbatas. Kalaupun penonton banyak, tak bisa juga dipaksa untuk bertransaksi.
Inilah dulu perenungan pagi ini sambil minum kopi di tepian Danau Toba.
Discussion about this post