Medan – BMKG melalui Stasiun Geofisika Deli Serdang secara bertahap telah melakukan pemasangan Earthquake Early Warning System (EEWS) di 14 lokasi dan Warning Receiver System New Generation (WRS-NG) di 11 lokasi di Sumatera Utara, termasuk kawasan Danau Toba.
Kepala Stasiun Geofisika Deli Serdang, Teguh Rahayu, melalui keterangan tertulisnya di Medan, Selasa, mengatakan, pemasangan EEWS dan WRS tersebut secara bertahap telah dilakukan di beberapa lokasi, yang di antaranya mengelilingi kawasan Danau Toba.
Seperti di Kabupaten Simalungun, Karo, Toba Samosir, Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, dan Dairi.
“Selain itu, BMKG juga telah memasang 11 sensor Minireg dan Broadband. Lokasi pemasangan ini didasarkan pada pemetaan zona daerah kegempaan di Sumatera Utara,” katanya.
EEWS merupakan sistem monitoring yang mendeteksi gempa bumi di hulu, dan system automatic processing yang mengolah data secara cepat dan penyebaran informasi peringatan dini di hilir.
Adapun WRS, merupakan smart display untuk menginformasikan kejadian gempabumi realtime dan peringatan dini tsunami.
Kedua sistem ini memanfaatkan informasi gempabumi yang terekam di 61 sensor gempa bumi yang tersebar di wilayah Sumatera bagian utara.
Lebih lanjut ia mengatakan Kawasan Danau Toba secara wajah tektonik merupakan daerah yang sangat berpotensi terhadap gempabumi dan tsunami, akibat aktivitas subduksi Nias dan sesar-sesar lokal Sumatera yang sangat aktif.
Selain itu, Danau Toba merupakan salah satu dari lima Destinasi Wisata Super Prioritas di Indonesia yang digagas oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2020.
Sehingga, daerah ini menjadi kawasan yang penting dalam membangun sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami.
Ia mengatakan penguatan sistem peringatan dini gempabumi dan tsunami terus ditingkatkan BMKG.
Selain sebagai pelengkap dari sistem peringatan dini tsunami (InaTEWS), Indonesia Earthquake Early Warning System (InaEEWS) BMKG ini juga akan memberikan informasi lebih dini sebelum guncangan kuat melanda suatu kawasan.
Sistem ini memanfaatkan perbedaan cepat rambat gelombang gempabumi, sehingga gelombang P yang tiba lebih awal digunakan sebagai warning sebelum gelombang S yang bersifat merusak tiba di lokasi.
Sebagai daerah yang memiliki potensi gempabumi yang tinggi, gelombang gempabumi yang berasal dari zona subduksi Nias memiliki waktu 30-40 detik sebelum gelombang S tiba di wilayah Danau Toba.
Sedangkan, untuk gempa bumi yang bersumber di sesar lokal Sumatera, terdapat selisih waktu kurang dari 10 detik.
Sistem ini tidak saja bermanfaat bagi masyarakat di Kawasan Danau Toba untuk bertindak lebih cepat menyelamatkan diri, tetapi juga dapat mengamankan objek vital berbasis respon instrumen.
Sistem transportasi cepat dan industri penting dapat di non-aktifkan (shut down) beberapa detik lebih awal sebelum gempabumi menimbulkan kerusakan.
Dengan telah dipasangnya 61 sensor seismograf, EEWS di 14 lokasi, dan WRS di 11 lokasi di Sumatera Utara, maka diharapkan dapat memberikan informasi gempabumi dan peringatan tsunami sedini mungkin, sehingga dapat meminimalisasi korban akibat gempabumi ataupun tsunami. (ANTARA)
Discussion about this post