Jakarta – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian mengembangkan budi daya itik di lahan rawa guna mendukung Program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi).
Program Serasi merupakan program Kementerian Pertanian (Kementan) terkait pengelolaan lahan rawa pasang surut/lebak, melalui optimalisasi pemanfaatan lahan rawa, peningkatan peran petani dan kelompok tani/Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), penumbuhan dan pengembangan kelompok tani untuk melaksanakan usaha tani, dan pengembangan kawasan.
Melalui keterangan tertulis yang diterima dari Balitbangtan di Jakarta, Sabtu, disebutkan pengembangan budi daya itik tersebut dilakukan di Sumatera Selatan dan Kalimatan Selatan, dimana Program Serasi dilakukan.
Berdasarkan laporan Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) untuk pengembangan itik sudah dalam tahap penentuan jenis itik guna dibudidayakan yakni alabio dan pegagan.
Dua jenis itik tersebut direncanakan untuk dipelihara oleh beberapa kelompok ternak dan masing-masing kelompok mendapat 500 ekor day old duck (anak itik).
Selain itik, juga siap dikembangkan budi daya ikan di lahan rawa di tiga desa yaitu Telang Rejo, Telang Makmur, dan Sumber Hidup.
Namun, berdasarkan laporan di lapangan, karena kondisi saluran air di demfarm yang sempit yakni lebar hanya 3,5 meter dengan kedalaman 2,0 meter maka budi daya ikan dilakukan dengan menggunakan kolam tanah dan net tancap. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah gurame dan lele yang akan dipesan di Balai Benih Ikan.
Sedangkan di Kalimantan Selatan, budi daya ikan akan disebar ke kelompok tani yang siap memelihara ikan haruan, papuyu, dan lele yang benihnya akan dipesan ke Balai Benih Ikan. Budi daya ikan dilakukan dengan menggunakan karamba apung dan net tancap.
Tenaga Ahli Menteri Pertanian Budi Indra dalam kesempatan acara Forum Group Discussion Tata Kelola Infrastruktur Pertanian II di Banjarbaru, Selasa (23/07) menyatakan lahan rawa yang masih tidur dapat diolah untuk pembangunan pertanian Indonesia khususnya mendukung swasembada pangan.
Namun demikian, lanjutnya, arena luasnya lahan dengan jangkauan luas perlu pendekatan teknologi yang tepat guna dan tidak dapat lagi menggunakan teknologi sederhana.
“Kami juga perlu dukungan dari berbagai pihak, di samping pemerintah juga masyarakat setempat dan pemerintah daerah. Hal penting lain adalah kesinambungan program ini,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Staf Ahli Infrastruktur Pertanian Dedi Nursyamsi menyampaikan ada tiga kunci dalam keberhasilan pengelolaan rawa. Pertama membenahi tata airnya yang mencakup pembenahan infrastruktur makro dan mikro.
Kunci berikutnya adalah adanya teknologi pertanian khusus lahan rawa seperti varietas adaptif, pupuk organik dan hayati, pengendalian OPT, teknologi amelioasi dan mekanisasi. Kunci terakhir adalah eksekutor atau petani rawa itu sendiri. (ANTARA)
Discussion about this post