Lapo Gotil dengan keunikan lokasi dan inovasi menunya selalu menjadi buah bibir kuliner masyarakat Tobasa, apalagi di garis kawula muda lokal.
Adalah Martin Sianipar, pemuda kelahiran Balige 35 tahun lalu yang menjadi perintis usaha kuliner unik ini. Bersama istri dan tim kecilnya, Martin mengelola kafe ini dengan piawai.
Tak heran, pengalamannya sebagai juru masak di hotel berbintang membuatnya memahami konsep memasak dengan tekstur hiburan. Pahit getir perjuangannya di perantauan mematangkan karakter kewirausahaannya.
Di sela kesibukannya memasak dan menyapa para pengunjung, tim Tapanuli.ID disambutnya dalam sesi berbagi pengalaman hidup dan pandangannya. Berikut dialog singkat yang berhasil kami sarikan.
Boleh diceritakan sedikit pengalaman Bang Martin di dunia food & beverage sebelum membuka lapo gotil…
Gagal menjadi seniman di industri musik, akhirnya saya memilih jalan dunia hospitality dan memutuskan menimba ilmu di salah satu kampus perhotelan di Jakarta. Saya memilih program D1 jurusan Seni Kuliner. Selepas kelulusan, saya pun sempat mengikuti training kerja di hotel bintang 3, sebelum akhirnya pindah ke hotel bintang 5 sebagai juru masak. Tak hanya itu, saya juga sempat menjadi DW (Daily Worker) selama beberapa waktu.
Apa yang mendorong Bang Martin untuk membuka bisnis Lapo Gotil?
Saya punya pengalaman kurang enak di dunia dapur. Pengalaman yang saya alami semasa bekerja di hotel cukup menyakitkan dan menyedihkan. Saat itu saya sering diejek, bahkan dimaki oleh Chef saya tanpa alasan yang jelas, baik itu karena saya salah atau meski saya benar. Tapi itu tidak membuat saya patah arang dan semangat. Saya tetap bertekun dalam masa training dan bekerja dari mulai jam 5 pagi sampai seringkali baru bisa pulang jam 6-7 malam. Hal itu yang membuat saya dendam (dalam artian yang baik) dan termotivasi untuk bertekad membuka usaha kuliner. Saya mau tunjukkan bahwa saya bisa kerja excellent dan saya tidak pantas di bully/ diejek terus menerus. Akhirnya di balige kami memutuskan membuka warung kecil yang dinamai “Lapo Gotil”.
Dekorasi dan penataan ruangan terlihat unik dengan barang2 vintage. Boleh dijelaskan konsepnya seperti apa?
Keterbatasan modal mengharuskan saya untuk memanfaatkan barang-barang bekas yang identik dengan nuansa retro, vintage atau klasik. Saya pikir itu adalah benda-benda yang unik, menarik danjuga bernilai seni yg baik. Jadilah dekorasi Lapo Gotil yang beda dari banyak cafe di Toba. Nama “Lapo Gotil” sendiri sengaja kami buat agar orang tahu bahwa Lapo itu Cafe yang artinya tempat menghabiskan waktu dengan makan dan minum sambil bercengkrama. Banyak orang salah paham dengan cafe (contohnya ada sebagian tempat di pesisir danau yang orang-orang sebut Cafe dan ternyata adalah Pub). Jadi kebanyakan mindset nya tentang cafe itu minor atau negatif. Makanya saya berfikir lebih baik pakai nama Lapo. Disamping pelestarian budaya (penggunaan Hata Batak), Orang jadi tahu Lapo juga tidak identik dengan makanan non halal. Saya beri nama Gotil karena lucu, hehehe, unik, dan keren..Yah, bagian dari pelestarian bahasa juga. Kalau orang merasa keren dengan nama import, saya memilih Hata Batak yg keren dan saya yakin bahwa satu-satunya usaha di dunia ini hanya lapo kami yg punya nama itu.
Menu apa saja yang menjadi favorit di Lapo Gotil?
Sebenarnya semua sajian menu kami punya keunikannya masing-masing. Tapi yang jadi unggulan salah satunya adalah Bebek Gotil dengan bumbu yang khas dan daging yang lembut kerap membuat lidah pelanggan ketagihan. Sedangkan untuk minuman, yang jadi favorit adalah Goliath Punch Mango yang terbuah dari sari buah dan susu dengan potongan buah yg menyegarkan. Lucunya, minuman ini awalnya justru racikan istri saya yang tidak disengaja salah resep, tapi ternyata banyak yang suka hehehe..
Sudah berapa lama bisnis ini berjalan?
Lapo Gotil buka perdana tanggal 21 Agustus 2016, bersamaan dengan event nasional Karnaval Kemerdekaan Danau Toba di Balige yang dihadiri langsung oleh Bapak Presiden Jokowi.
Selama ini apakah Lapo Gotil pernah mendapat support dari pemerintah setempat? Entah itu dalam pemodalan, atau pelatihan pengembangan usaha?
Tidak ada dukungan pemodalan. Dan tidak terasa ada support tuh.
Saat ini berapa orang awak yang menjadi tim pekerja Lapo Gotil?
Saat ini baru ada 5 orang crew, dan itu sudah termasuk saya dan istri.
Discussion about this post